Saya dan Mengeluh
Jam di kepala saya berbunyi tik-tok-tik-tok, saya kira itu alarm bahwa saya sedang mengoleksi masalah.
Mangapa?
Saya terlalu banyak mengeluh, dan keluhan itu ternyata membuat record tersendiri. Saya seakan mendokumentasikan keburukan yang telah terjadi.
Mengeluh!
Ternyata menguras energy, merampas bahagia karena dengannya cerita hidupmu seakan suram. Padahal, kemungkinan besar, ini cara Tuhan memberitahumu, menegurmu atau caraNya menyetuh hatimu yang selama ini terlalu beku.
Ya…
Mengeluh
Seperti kau mengukir di batu yang tak seorangpun mampu menghapusnya kecuali kau benturkan batu tersebut dengan batu yang lebih keras. Biar hancur bersamaan dengan ukiran tulisanmu.
Tapi…
Mengeluhlah, dengan niat melepas gundah. Itu mungkin pembelaan hati saya, karena mengeluh adalah bagian dari manusia. Saya tidak berharap kau sepakat, tapi jika kau sepakat maka Lakukanlah seperti kau menulisnya di pasir, pada kaca yang berembun. Dengan begitu kau akan mudah menghapusnya dengan sekali gerakan tangan.
Atau..
Bisa kau ganti kata mengeluh dengan mengadu, sebagai bentuk ketidakberdayaanmu akan masalahmu. Tapi, lakukan hanya denganNya, Tuhanmu, Allah.
Dengan begitu pula bebanmu juga terhapus, tak perlu kau mendebat, tak perlu kau koleksi bebanmu. Sehingga tak ada yang berat yang mengikat langkahmu.
DS, 25 November 2011
Saat sedang evaluasi diri.