Atur Kata-kata : Untuk Hidup Sesuai Keinginan
Apa kabar kata?
Hanya 7% verbal atau
word (kata-kata) memiliki peran dalam keseluruhan komunikasi. Tapi ada gestur
dan intonasi yang juga memiliki peran yang lebih besar di dalam proses untuk
memberikan informasi. Baik komunikasi terhadap orang lain atau diri sendiri.
Apakah ada
berkomunikasi dengan diri sendiri? Tentu saja ada. Kita melakukannya setiap
hari, di sadari atau tidak. Komunikasi merupakan kebutuhan untuk mengkonfirmasi
rasa yang kita miliki.
Untuk itu, tidak
sembarangan juga dalam memilih kata-kata. Karena kata-kata berpengaruh terhadap
sebuah situasi yang bisa menyebabkan enak dan tidak enak. Nyaman atau tidak
nyaman. Namun, jauh lebih penting dari itu, action atau aksi adalah rangkaian
yang membuktikan bahwa kata semakin memiliki makna.
Itu sebabnya komitmen
seorang muslim di dahului oleh syahadat. Yang dengan barisan kata-kata
tersebut, paman nabipun berpikir berulang-ulang untuk menyambutnya. Karena apa?
Ada komitemen (act) di dalamnya.
Dan ternyata ada
tehnik untuk membuat keadaan hati dari tidak enak menjadi enak. Lebih nyaman
saat menghadapi peristiwa yang menjengkelkan. Dimana keadaan yang kita rasakan
tapi dampaknya membuat kita kecewa. Atau ada yang membuat kita tidak paham
dengan kejadian-kejadian tersebut.
Mungkin, karena kita
adalah manusia yang cenderung tidak memiliki pemahaman maksimal. Sehingga
dengan ilmu seadaannya menyimpulkan sesuatu yang justru membuatnya hati semakin
keruh dan kesal. Bahkan mempengaruhi orang-orang di sekitar kita.
Dalam buku Hearty
Service (Service itu ada di sini) karya Agni S. Mayangsari, membahas soal
reframing. Yaitu membuat frame ulang terhadap apa yang kita hadapi. Khususnya
hal-hal yang tidak menyenangkan. Kondisi memilih reaksi terhadapnya. Karena
akan banyak reaksi terhadap kejadian. Pikiran manusia ibarat kamera. Ia hanya
memotret sesuatu yang masuk dalam area lensanya. Area yang kita fokuskan
padanya. Inilah yang disebut dengan frame.
Kita membingkai
pristiwa sehingga dari situ kita menemukan makna. Konteks reframing dari peristiwa
yang menjengkelkan dengan mengemas dalam pikiran kita melalui kata-kata
positif. Peristiwanya tetap sama, hanya kita memperoleh makna baru yang akan
mempengaruhi reaksi kita selanjutnya. Dan tentu saja pikiran kita.
Praktek reframing ini
diperlukan dengan latihan berulang-ulang terhadap peritiwa yang hadir dalam
hidup, baik terduga atau tidak terduga. Dan mengkoleksi kata-kata positif
diperlukan, sehingga saat kita membutuhkan, dengan mudah kita mengambilnya.